Selasa, 03 November 2015

BIMBINGAN TEKNIS INDUSTRI TEPUNG IKAN, SUBANG - JAWA BARAT

Kegiatan Bimbingan Teknis Industri Tepung Ikan di Subang ber tujuan untuk memberikan informasi dan bimbingan untuk pelaku usaha yang sedang... thumbnail 1 summary
Kegiatan Bimbingan Teknis Industri Tepung Ikan di Subang bertujuan untuk memberikan informasi dan bimbingan untuk pelaku usaha yang sedang berkembang dalam mengembangkan usahanya agar bisa berkembang lebih cepat dan bisa menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan industri dan pasar/konsumen.

Kebijakan Pengembangan Industri Tepung Ikan di Kabupaten Subang

1.   Potensi perairan umum Kabupaten Subang yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah sungai sepanjang 714 km, situ seluas 231,9 ha, dan rawa seluas 12,8 ha.
2.   Produksi perikanan dari usaha penangkapan ikan dari tahun 2011 sampai 2014 belum meningkat secara signifikan, berberbeda dengan produksi perikanan dari usaha tambak yang mengalami peningkatan signifikan (52 %) dari tahun 2012 ke 2013. Produksi perikanan dari usaha kolam air tenang mengalami penurunan dari tahun 2011 sebanyak 14,168 ton di tahun 2014 menjadi 9,291 ton.
3.   Jika dihitung berdasarkan jumlah tonase, produksi perikanan di Kabupaten Subang mengalami peningkatan dari tahun 2011 - 2014 meskipun tidak signifikan. Tetapi jika diperhatikan kecepatan peningkatannya mengalami penurunan.
4.   Dalam rangka optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang di tahun 2015 melaksanakan kegiatan gelar produk hasil perikanan, pengadaan alat sarana dan prasarana pengolahan ikan, pengadaan sarana pemasaran ikan, pengadaan peralatan sistem rantai dingin, pembinaan mutu hasil perikanan, dan gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan).
5.   Dalam rangka pengembangan industri tepung ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang mendukung program Gapura khususnya Gapura Emas dan Gapura Serasi, melakukan penyuluhan-penyuluhan terkait pengembangan industri tepung ikan, dan sosialisasi pembuatan pakan mandiri bagi pembudidaya ikan yang bahan baku utamanya menggunakan tepung ikan.

Pengembangan Pengolahan Produk Nonkonsumsi untuk Kemandirian Penyediaan Bahan Baku Pakan

1.   Tepung ikan masih menjadi komponen utama sebagai sumber protein dalam formulasi pakan yang mana Industri tepung ikan ada sebanyak 86 industri yang teregistrasi sebanyak 30 industri tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang bahan bakunya berasal dari sisa industri hasil olahan pengalengan ikan, tuna loin, surimi, dan udang.
2.   Dengan berkembangnya industri tepung ikan dalam negeri diharapkan akan mengurangi impor tepung ikan, swasembada pakan, keberlanjutan usaha tepung ikan dalam negeri, dan pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan adanya penyerapan tenaga kerja dan meningkatnya pendapatan masyarakat.
3.   Kapasitas produksi tepung ikan di Indonesia sebagian besar dihasilkan dari Bali, Jawa Timur dengan kapasitas produksi mencapai 200 – 450 ton per hari.
4.   Jumlah penggunaan tepung ikan 20% untuk pakan udang dan 15% untuk pakan ikan dimana kebutuhan tepung ikan dari tahun ke tahun diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya usaha pembudidaya.
5.   Sumber bahan baku tepung ikan bisa berasal dari campuran ikan utuh yang sudah digarami di kapal, ikan kering digarami tidak layak konsumsi, ikan utuh basah tidak layak konsumsi, bagian-bagian ikan (kepala, isi perut, dan tulang).
6.   Bahan baku kualitas baik diolah dengan cara yang baik akan menghasilkan produk kualitas baik. Bahan baku kualitas baik diolah dengan cara yang tidak baik akan menghasilkan produk kualitas tidak baik. Bahan baku kualitas tidak baik diolah dengan baik akan menghasilkan produk kualitas tidak baik. Bahan baku tidak baik diolah tidak baik akan menghasilkan produk kualitas lebih tidak baik.
7.   Kualitas tepung ikan dipengaruhi oleh kualitas bahan baku, proses pengolahan, dan penyimpanan. Sedangkan harga tepung ikan terggantung kadar protein, air, lemak, abu, dan TVBN.
8.   Permasalahan tepung ikan lokal adalah ikan yang dipakai bahan baku masih musiman, tidak seragam, proses pengolahan tidak mengikuti standar, dan harga bahan baku yang tinggi akibatnya mutu tepung ikan yang dihasilkan rendah jumlah dan kontinuitas produk tepung ikan kurang harmonis dengan kebutuhan tepung ikan dalam negeri, dan kesulitan dalam penanganan serta penyimpanan dalam industri pakan.

Potensi Minyak Ikan

1.   PT Hosana Buana Tunggal merupakan perusahaan perikanan yang bergerak di bidang penepungan ikan dan minyak ikan, berdiri sejak tahun 1997 dengan kapasitas awal 75 ton/hari dan saat ini total kapasitas produksi sebesar 400-480 ton bahan baku/hari dengan 3 processing line (line 1 : 15 ton/jam, line 2 : 12,5 ton/jam, line 3 : 12,5 ton/jam.
2.   Proses produksi crude fish oil  menjadi refined fish oil adalah dengan neutralization (penurunan FFA value), degumming (penghilangan lemak jenuh), deodorization (penghilangan bau), dan bleaching (penjernihan). Dalam proses produksi minyak ikan PT. Hosana Buana Tunggal menggunakan tricanter sebagai alat penunjang yang memberikan nilai tambah untuk memisahkan minyak ikan dengan limbah.
3.   Pasar lokal minyak ikan untuk perusahaan pakan ternak semi refined oil dengan FFA maksimum 1% dijual dengan harga Rp 17,500/kg dan untuk perusahaan pakan ternak dengan FFA maksimum 3% dijual dengan harga 15,500/kg. Sedangkan pasar internasional minyak ikan untuk semi refined oil dengan FFA maksimum 1% dijual dengan harga USD 1,450/MTS.

Potensi, Pengembangan Usaha dan Kualitas Tepung Ikan yang diterima oleh Industri Pakan

1.   Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) merupakan salah satu pilar utama industri peternakan dan perikanan di Indonesia. Didirikan sejak awal tahun 1970an, kini telah memiliki anggota sebanyak 65 anggota yang tersebar di Sumatera Utara, Padang, Lampung, Tangerang, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan serta Sulawesi Selatan. Kapasitas terpasang dari pabrik pakan ternak saat ini telah mencapai  lebih dari 14 juta ton per tahun.
2.   Konsumsi pakan akuakultur dari tahun ke tahun semakin meningkat dan di tahun 2014 mencapai 1,478,000 ton. Hal ini memberikan peluang yang besar bagi perkembangan industri pakan ikan di Indonesia. Seiring dengan itu tentunya kebutuhan tepung ikan sebagai bahan baku utama pakan ikan akan terus bertambah. Dalam hal kualitas tepung ikan hasil produksi dalam negeri juga perlu diperbaiki agar bisa memenuhi standar kualitas bahan baku industri.
3.   Kualitas tepung ikan hasil olahan industri berdasarkan SNI ada 3 jenis sebagai berikut:


           Kesimpulan dan Tindak Lanjut

1.   Potensi bahan baku tepung ikan di Indonesia cukupm besar dengan adanya kekayaan laut yang besar. Bisa dijadikan sebagai momen untuk mendorong perkembangan industri tepung ikan di Indonesia.
2.   Sumber bahan baku tepung ikan berasal dari ikan rucah, kering, gaplekan hasil samping dari kegiatan penangkapan, dan hasil samping dari kegiatan pengolahan ikan.
3.   Untuk mendapatkan kualitas pelet yang standar komposisi bahan baku pellet bisa diperoleh dengan mencampur bahan baku kualitas bagus dengan bahan baku kualitas lebih rendah dengan catatan proporsi jumlah bahan baku kualitas bagus lebih banyak dibandingkan jumlah bahan baku kualitas yang lebih rendah.
4.   Komponen utama yang mempengaruhi harga tepung ikan adalah jumlah protein yang terkandung di dalamnya.

Semoga bermanfaat
Selamat berkarya
---o0o---

Tidak ada komentar

Posting Komentar