Kegiatan
Bimbingan Teknis Industri Tepung Ikan di Subang bertujuan untuk memberikan informasi dan bimbingan untuk pelaku usaha yang
sedang berkembang dalam mengembangkan usahanya agar bisa berkembang lebih cepat
dan bisa menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan industri dan
pasar/konsumen.
Kebijakan Pengembangan Industri Tepung Ikan di
Kabupaten Subang
1. Potensi perairan umum Kabupaten Subang yang
belum dimanfaatkan secara optimal adalah sungai sepanjang 714 km, situ seluas
231,9 ha, dan rawa seluas 12,8 ha.
2. Produksi perikanan dari usaha penangkapan ikan
dari tahun 2011 sampai 2014 belum meningkat secara signifikan, berberbeda
dengan produksi perikanan dari usaha tambak yang mengalami peningkatan
signifikan (52 %) dari tahun 2012 ke 2013. Produksi perikanan dari usaha kolam
air tenang mengalami penurunan dari tahun 2011 sebanyak 14,168 ton di tahun
2014 menjadi 9,291 ton.
3. Jika dihitung berdasarkan jumlah tonase,
produksi perikanan di Kabupaten Subang mengalami peningkatan dari tahun 2011 -
2014 meskipun tidak signifikan. Tetapi jika diperhatikan kecepatan
peningkatannya mengalami penurunan.
4. Dalam rangka optimalisasi pengelolaan dan
pemasaran produksi perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang di
tahun 2015 melaksanakan kegiatan gelar produk hasil perikanan, pengadaan alat
sarana dan prasarana pengolahan ikan, pengadaan sarana pemasaran ikan,
pengadaan peralatan sistem rantai dingin, pembinaan mutu hasil perikanan, dan
gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan).
5. Dalam rangka pengembangan industri tepung ikan,
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang mendukung program Gapura
khususnya Gapura Emas dan Gapura Serasi, melakukan penyuluhan-penyuluhan
terkait pengembangan industri tepung ikan, dan sosialisasi pembuatan pakan
mandiri bagi pembudidaya ikan yang bahan baku utamanya menggunakan tepung ikan.
Pengembangan Pengolahan Produk Nonkonsumsi untuk
Kemandirian Penyediaan Bahan Baku Pakan
1. Tepung ikan masih menjadi komponen utama sebagai
sumber protein dalam formulasi pakan yang mana Industri tepung ikan ada
sebanyak 86 industri yang teregistrasi sebanyak 30 industri tersebar di seluruh
wilayah Indonesia yang bahan bakunya berasal dari sisa industri hasil olahan
pengalengan ikan, tuna loin, surimi, dan udang.
2. Dengan berkembangnya industri tepung ikan dalam
negeri diharapkan akan mengurangi impor tepung ikan, swasembada pakan,
keberlanjutan usaha tepung ikan dalam negeri, dan pada akhirnya bisa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan adanya penyerapan tenaga kerja dan
meningkatnya pendapatan masyarakat.
3. Kapasitas produksi tepung ikan di Indonesia
sebagian besar dihasilkan dari Bali, Jawa Timur dengan kapasitas produksi
mencapai 200 – 450 ton per hari.
4. Jumlah penggunaan tepung ikan 20% untuk pakan
udang dan 15% untuk pakan ikan dimana kebutuhan tepung ikan dari tahun ke tahun
diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya usaha
pembudidaya.
5. Sumber bahan baku tepung ikan
bisa berasal dari campuran ikan utuh yang sudah digarami di kapal, ikan kering
digarami tidak layak konsumsi, ikan utuh basah tidak layak konsumsi,
bagian-bagian ikan (kepala, isi perut, dan tulang).
6. Bahan baku kualitas baik diolah dengan cara yang
baik akan menghasilkan produk kualitas baik. Bahan baku kualitas baik diolah
dengan cara yang tidak baik akan menghasilkan produk kualitas tidak baik. Bahan
baku kualitas tidak baik diolah dengan baik akan menghasilkan produk kualitas
tidak baik. Bahan baku tidak baik diolah tidak baik akan menghasilkan produk
kualitas lebih tidak baik.
7. Kualitas tepung ikan dipengaruhi oleh kualitas
bahan baku, proses pengolahan, dan penyimpanan. Sedangkan harga tepung ikan
terggantung kadar protein, air, lemak, abu, dan TVBN.
8. Permasalahan tepung ikan lokal adalah ikan yang
dipakai bahan baku masih musiman, tidak seragam, proses pengolahan tidak
mengikuti standar, dan harga bahan baku yang tinggi akibatnya mutu tepung ikan
yang dihasilkan rendah jumlah dan kontinuitas produk tepung ikan kurang
harmonis dengan kebutuhan tepung ikan dalam negeri, dan kesulitan dalam
penanganan serta penyimpanan dalam industri pakan.
Potensi Minyak Ikan
1. PT Hosana Buana Tunggal merupakan perusahaan
perikanan yang bergerak di bidang penepungan ikan dan minyak ikan, berdiri
sejak tahun 1997 dengan kapasitas awal 75 ton/hari dan saat ini total kapasitas
produksi sebesar 400-480 ton bahan baku/hari dengan 3 processing line (line 1 :
15 ton/jam, line 2 : 12,5 ton/jam, line 3 : 12,5 ton/jam.
2. Proses produksi crude fish oil menjadi refined fish oil adalah dengan
neutralization (penurunan FFA value), degumming (penghilangan lemak jenuh),
deodorization (penghilangan bau), dan bleaching (penjernihan). Dalam proses
produksi minyak ikan PT. Hosana Buana Tunggal menggunakan tricanter sebagai
alat penunjang yang memberikan nilai tambah untuk memisahkan minyak ikan dengan
limbah.
3. Pasar lokal minyak ikan untuk perusahaan pakan
ternak semi refined oil dengan FFA maksimum 1% dijual dengan harga Rp 17,500/kg
dan untuk perusahaan pakan ternak dengan FFA maksimum 3% dijual dengan harga
15,500/kg. Sedangkan pasar internasional minyak ikan untuk semi refined oil
dengan FFA maksimum 1% dijual dengan harga USD 1,450/MTS.
Potensi, Pengembangan Usaha dan Kualitas Tepung
Ikan yang diterima oleh Industri Pakan
1. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT)
merupakan salah satu pilar utama industri peternakan dan perikanan di
Indonesia. Didirikan sejak awal tahun 1970an, kini telah memiliki anggota
sebanyak 65 anggota yang tersebar di Sumatera
Utara, Padang, Lampung, Tangerang, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan serta Sulawesi Selatan. Kapasitas terpasang dari
pabrik pakan ternak saat ini telah mencapai lebih dari 14 juta ton per
tahun.
2. Konsumsi pakan akuakultur dari tahun ke tahun
semakin meningkat dan di tahun 2014 mencapai 1,478,000 ton. Hal ini memberikan
peluang yang besar bagi perkembangan industri pakan ikan di Indonesia. Seiring
dengan itu tentunya kebutuhan tepung ikan sebagai bahan baku utama pakan ikan
akan terus bertambah. Dalam hal kualitas tepung ikan hasil produksi dalam
negeri juga perlu diperbaiki agar bisa memenuhi standar kualitas bahan baku
industri.
3. Kualitas tepung ikan hasil olahan industri
berdasarkan SNI ada 3 jenis sebagai berikut:
Kesimpulan dan Tindak Lanjut
1. Potensi bahan baku tepung ikan di Indonesia cukupm besar dengan adanya
kekayaan laut yang besar. Bisa dijadikan sebagai momen untuk mendorong
perkembangan industri tepung ikan di Indonesia.
2. Sumber bahan baku tepung ikan berasal dari ikan
rucah, kering, gaplekan hasil samping dari kegiatan penangkapan, dan hasil
samping dari kegiatan pengolahan ikan.
3. Untuk mendapatkan kualitas pelet yang standar
komposisi bahan baku pellet bisa diperoleh dengan mencampur bahan baku kualitas
bagus dengan bahan baku kualitas lebih rendah dengan catatan proporsi jumlah
bahan baku kualitas bagus lebih banyak dibandingkan jumlah bahan baku kualitas
yang lebih rendah.
4. Komponen utama yang mempengaruhi harga tepung
ikan adalah jumlah protein yang terkandung di dalamnya.
Semoga bermanfaat
Selamat berkarya
---o0o---
Tidak ada komentar
Posting Komentar